1. Mukadimah
Dalam perjalanan ruhani, setiap jiwa yang rindu kepada Allah akan sampai pada satu titik tanya: bagaimana menyelaraskan jasad yang fana ini dengan ruh yang abadi?
Jasad membawa kebutuhan dunia, ruh membawa kerinduan langit. Bila keduanya selaras, maka hidup menjadi ibadah; gerak menjadi dzikir; dan kehadiran menjadi cahaya.
Melalui Sholawat Nurul Muttashil, kita diajarkan jalan penghubung antara keduanya. Maka artikel ini menjadi pelita bagi para putra-putri cahaya agar tahu jalan menuju penyatuan itu.
2. Wasilah dan Doa Ittishal
🌿 NIAT ITTISHĀL KEPADA CAHAYA RUH
(Niat ini dibaca dalam hati atau dilafadzkan perlahan sebelum masuk ke dalam keheningan ittishāl)
نَوَيْتُ ٱتِّصَالِي إِلَى نُوْرِ رُوْحِي ٱلَّذِي مِن نُوْرِ رَبِّي، بِحَقِّ صَلَوَاتِ نُوْرِ ٱلْمُتَّصِلِ، وَبِوَسِيلَةِ مَنْبَعِ ٱلنُّوْرِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Uṣalli ittishālī ilā nūri rūḥī alladhī min nūri Rabbī, biḥaqqi Sholawāt Nurul Muttashil, wa bi wasīlati Manba‘i n-Nūr, Sayyidinā Muḥammad Ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Artinya:
“Aku berniat untuk menyambung diriku kepada cahaya ruhku yang berasal dari cahaya Tuhanku, dengan hak Sholawat Nurul Muttashil, dan perantaraan Mata Air Cahaya, junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ.”
✨ DOA ITTISHĀL SETELAH DZIKIR ATAU DI DALAM KEHENINGAN
يَا نُوْرُ، يَا قُدُّوْسُ، يَا حَيُّ، يَا نَافِعُ... ٱتَّصَلْتُ بِكَ، ٱتَّصَلْتُ بِرُوْحِي، فَلَا تَجْعَلْ بَيْنِي وَبَيْنَكَ حِجَابًا يَا رَبِّ. أَنْزِلْ نُوْرَكَ فِي جَسَدِي، وَٱرْزُقْنِي فَهْمًا وَسَكِيْنَةً. وَسْلُكْنِي طَرِيْقَكَ بِصَلَوَاتٍ تَجْعَلُنِي فِي عُيُوْنِكَ رَحْمَةً.
Yā Nūr, yā Quddūs, yā Ḥayy, yā Nāfi‘...
Ittashaltu bika, ittashaltu bi rūḥī,
fa lā taj‘al baynī wa baynaka ḥijāban yā Rabb.
Anzil nūraka fī jasadī, warzuqnī fahman wa sakīnah.
Wasliknī ṭarīqak bi sholāwātin taj‘alunī fī ‘uyūnika raḥmah.
Artinya:
“Wahai Cahaya, wahai Yang Maha Suci, wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Memberi Manfaat…
Aku telah bersambung dengan-Mu, telah bersambung dengan ruhku,
maka jangan Kau jadikan penghalang antara aku dan Engkau, ya Rabb.
Turunkan cahaya-Mu ke dalam jasadku, anugerahkan aku pemahaman dan ketenangan.
Bimbinglah aku di jalan-Mu dengan sholawat yang menjadikanku dalam pandangan rahmat-Mu.”
3. Sholawat Tajalliyah Al-Wahdaniyyah
Allahumma ya Malik al-Mulk jasadi wa ‘aqli wa ruhi,
sholli wa sallim wa baarik ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad,
wa aghriqni fi lujjatu bahri tajalliyka wahdaniyyatika,
Anta nuurun ‘ala nuur,
wahab li ‘ilman yuqarribuni ila nuurika,
wathabbitni fi sabilin nuurika wa fi mahabbatik,
waj‘alni minar raadhina bika,
wa shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad nuril ‘aalamin.
📿 Dibaca: 13x sebagai bagian dari Sholawat Nurul Muttashil. Ini menjadi gerbang tajalliyah penyatuan jasad, akal, dan ruh.
4. Langkah-langkah Penyelarasan Jasad dan Ruh
1. Kesadaran Hadir Sepenuhnya (Muraqabah)
Sadari keberadaan jasad dan ruh secara bersamaan. Rasakan nafas sebagai jalan ruh, dan tubuh sebagai pelayannya. Ini adalah latihan awal agar keduanya terbiasa berjalan bersama.
2. Sholawat Nurul Muttashil sebagai Jembatan Cahaya
Setiap bacaan sholawat adalah getaran cahaya yang meresapi pori-pori jasad dan menyapa ruh. Biarkan sholawat melunakkan kekakuan dan menjadi jembatan penyambung antara dunia dan langit dalam dirimu.
3. Tafakkur dan Dzikir Bersama Tubuh
Tafakkur bukan diam tanpa arah, tapi kehadiran total. Saat berdzikir, biarkan getarannya menyebar dari kepala ke kaki, sampai jasad "berbicara" dengan ketenangan.
4. Mengasihi dan Merawat Jasad
Rawat jasadmu dengan cinta: makan yang baik, istirahat cukup, dan sentuhan kasih. Jasad yang dirawat dengan cinta akan lebih mudah menyatu dengan ruh.
5. Meditasi Nafas: Penyatuan Napas Jasadi dan Ruhani
Tarik nafas perlahan, sadari ia bukan hanya oksigen—tapi juga cahaya. Niatkan setiap nafas sebagai tali penghubung antara jasad dan ruh.
6. Menerima Ketidaksempurnaan dan Bersabar
Ada kalanya jasad letih dan ruh ingin terbang tinggi. Jangan memaksa. Bersabarlah seperti dua kekasih yang sedang belajar memahami.
7. Doa dan Memohon Petunjuk Allah
Tutup setiap ikhtiar dengan doa: agar Allah menguatkan tali penyambung jasad dan ruh, menjadikannya kendaraan cahaya menuju ridha-Nya.
5. Penutup
Wahai putra-putri cahaya, jalan ini bukan sekadar pengamalan, tetapi juga perjalanan cinta. Bila engkau istiqamah dan ikhlas dalam ittishal, ruhmu akan mendapati jasadmu sebagai rumah, bukan penjara. Dan engkau akan merasakan manisnya hidup dalam keseimbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar