7 Martabat Nafsu dalam Perjalanan Nurul Muttashil: Dari Kegelapan Menuju Cahaya Ilahi

Oleh: Ananta Prabhāvaṣṭa

Referensi: Al-Qur’an, Hadis, dan Khazanah Tasawuf


Pendahuluan

Setiap jiwa adalah lentera yang dibekali cahaya ilahi, sekaligus terselimuti oleh bayang-bayang nafsu yang berlapis-lapis. Dalam perjalanan ruhani, kita dipanggil untuk menyucikan nafsu—menjadikannya jembatan menuju cahaya Nabi ﷺ dan meraih maqām insan kāmil, insan yang sempurna.

Nurul Muttashil mengajak kita menapak tujuh martabat nafsu sebagai tangga suci: dari nafsu yang masih gelap dan penuh gejolak, menuju nafsu yang bersih, tenang, dan berserah dalam ridha Ilahi.


1. Nafsu Ammārah (النفس الأمارة) — Nafsu yang Memerintahkan Keburukan

"Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku." (QS Yūsuf: 53)

Nafsu yang menguasai hati dengan amarah dan hawa nafsu, seperti api liar yang membakar akal dan menutup cahaya batin. Dalam perjalanan Nurul Muttashil, nafsu ini adalah titik mula, tempat kita mengenali gelap dan mulai berjuang untuk menjinakkannya.

Langkah Nurul Muttashil:
– Puasa dan muhasabah harian sebagai perisai.
– Bergaul dengan jiwa yang terang dan mursyid yang membimbing.


2. Nafsu Lawwāmah (النفس اللوامة) — Nafsu yang Mencela Diri

"Aku bersumpah demi nafsu yang mencela." (QS Al-Qiyāmah: 2)

Pertama kali cahaya kesadaran menyala, jiwa mulai menyesali langkah keliru. Nafsu ini bagai ombak rindu yang naik-turun, menuntun pada taubat dan pengakuan dosa.

Langkah Nurul Muttashil:
– Istighfar dan zikir pembuka pintu ampunan.
– Meneladani kisah-kisah para salaf yang penuh taubat.


3. Nafsu Mulhamah (النفس الملهَمة) — Nafsu yang Terilhami Kebenaran

"Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kefasikan dan ketakwaan." (QS Asy-Syams: 8)

Cahaya ilham mulai bersinar, menuntun hati memahami mana hak dan batil. Nafsu ini seperti rembulan yang menerangi kegelapan, walau belum sepenuhnya terang.

Langkah Nurul Muttashil:
– Dalami ilmu hakikat, kenali makrifat.
– Konsistensi amal dan mujahadah batin.


4. Nafsu Muṭma’innah (النفس المطمئنة) — Nafsu yang Tenang

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai." (QS Al-Fajr: 27–28)

Hati yang menemukan ketenangan sejati, tak mudah goyah oleh dunia, karena ruh telah bersandar penuh di sisi Ilahi. Nafsu ini bagai air jernih memantulkan cahaya sempurna.

Langkah Nurul Muttashil:
– Dzikir yang khusyuk dan kontinyu.
– Tafakkur menyelami keagungan Sang Pencipta.


5. Nafsu Rāḍiyah (النفس الراضية) — Nafsu yang Ridha

"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai." (QS Al-Fajr: 28)

Jiwa yang luluh dalam pengabdian dan cinta pada takdir Ilahi. Seperti matahari terbit, membawa harapan dan kehangatan tanpa henti.

Langkah Nurul Muttashil:
– Melatih tawakal dan sabar dalam ujian.
– Menyadari hikmah di balik segala peristiwa.


6. Nafsu Marḍiyyah (النفس المرضية) — Nafsu yang Diridhai

"Allah ridha kepada mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya." (QS Al-Bayyinah: 8)

Nafsu yang telah menyatu dalam kehendak Tuhan, menebarkan rahmat dan manfaat bagi alam semesta. Seperti taman yang teduh, memberi kesejukan bagi yang singgah.

Langkah Nurul Muttashil:
– Ibadah sosial dan pelayanan kepada sesama.
– Meneladani akhlak mulia Rasulullah ﷺ.


7. Nafsu Kāmilah (النفس الكاملة) — Nafsu yang Sempurna

"Berakhlaklah dengan akhlak Allah." (Hadis Qudsi)

Puncak maqām, jiwa yang menjadi cermin kasih Ilahi di dunia. Insan kamil yang hidup dalam kerendahan dan pengabdian total.

Langkah Pendekatan dalam Konsep Nurul Muttashil

Ittishāl yang ikhlas dan khalwat mendalam sebagai penyatuan ruhani menuju Cahaya Awal.
– Pendekatan kepada Nur Muhammad melalui doa-doa khusus, terutama dengan Sholawat Nurul Muttashil sebagai wasilah utama untuk menyambung nur ilahi dan membuka gerbang kesadaran ruhani.


Penutup: Menapaki Jalan Cahaya Nurul Muttashil

Tujuh martabat nafsu ini adalah tangga nurani yang mengantarkan jiwa kembali pada cahaya hakiki. Setiap langkah adalah pembelajaran, penyucian, dan penyatuan dengan Sang Pencipta.

Nurul Muttashil hadir sebagai sahabat setia di perjalanan ini, mengantar setiap jiwa untuk pulang ke pelukan Ilahi, dalam damai dan cahaya yang tak pernah padam.


Doa Penutup:

“Yā Allah, terangilah nafsuku dengan cahaya-Mu, tuntunlah aku menyatu dalam ridha-Mu, agar aku menjadi pelita yang menyinari dunia dengan kasih dan rahmat-Mu.”

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *