Jangan Cari al-Mahdī di Luar Dirimu

1. Pendahuluan

Umat sering menunggu kehadiran sosok al-Mahdī dan Isa al-Masīḥ di akhir zaman sebagai penyelamat dunia. Tetapi para arif selalu mengingatkan: jangan hanya menunggu di luar, carilah mereka di dalam dirimu. Karena al-Qur’an dan hadits mengajarkan bahwa setiap manusia diberi ruh, nafs, dan hidayah yang harus ditumbuhkan agar menjadi insan kamil.


2. Al-Mahdī: Ruh yang Mendapat Hidayah

a. Makna

Secara bahasa, al-Mahdī berarti yang diberi petunjuk.
Dalam batin, ia adalah ruh cahaya yang Allah titipkan dalam diri setiap insan. Ruh itu selalu cenderung pada kebaikan, selalu rindu kembali kepada Allah.

Allah berfirman:
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
“Siapa yang beriman kepada Allah, maka Allah memberi hidayah pada hatinya” (QS. at-Taghābun: 11).

b. Hakikat

Al-Mahdī adalah putra cahaya dari rahim Fatimah, tanda bahwa ruh itu lahir dari kesucian, selalu terbimbing oleh Nur Ilahi. Ia membimbing akal dan jasad untuk senantiasa naik menuju Allah.

c. Analogi

Al-Mahdī bagaikan kompas cahaya dalam dada: meski kapal jasad dihantam gelombang, kompas itu selalu menunjuk jalan pulang. Ia tidak pernah salah arah, hanya kadang tertutup debu dosa yang harus dibersihkan dengan sholawat dan zikir.


3. Isa al-Masīḥ: Ruh Nafsu yang Butuh Diselamatkan

a. Makna Isa

Kata ʿĪsā berarti penyelamat. Dalam konteks ruhani, ia menunjuk pada nafsu: kekuatan hidup, hasrat, dorongan yang butuh diselamatkan dari kesesatan.

Nafs bukan musuh yang harus dibinasakan, melainkan ruh yang harus diselamatkan. Allah bersumpah atas jiwa:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا * فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Allah ilhamkan kepadanya jalan fujur dan taqwanya” (QS. asy-Syams: 7–8).

b. Makna al-Masīḥ

al-Masīḥ berarti yang diusap, diurapi, dibelai.
Inilah rahasia: ruh nafs tidak akan suci dengan permusuhan, tetapi dengan sentuhan kasih sayang, dengan bimbingan lembut dari rahim cahaya.

➡️ Nafsu adalah anak yatim tanpa bapak, lahir tanpa bimbingan akal. Karena itu ia perlu diusap, dibimbing, dibelai, bukan dimusuhi.

c. Analogi

Isa adalah gambaran ruh nafs yang lahir dari rahim Maryam. Walau tanpa bapak, Maryam dengan kesucian dan kasih sayangnya mampu membimbing Isa sehingga menjadi ruh yang suci, bahkan disebut:
وَرُوحٌ مِّنْهُ
“…dan ruh dari-Nya” (QS. an-Nisā’: 171).


4. Dua Rahim Cahaya: Fāṭimah dan Maryam

  • Rahim Cahaya Fāṭimah melahirkan al-Mahdī: ruh terbimbing, kompas hidayah yang menuntun kita kepada Allah.

  • Rahim Cahaya Maryam melahirkan Isa: ruh nafs yang butuh dibimbing dengan kelembutan agar menjadi suci.

Keduanya adalah jalan rahmat Allah. Tanpa Fāṭimah, ruh kita kehilangan bimbingan. Tanpa Maryam, nafs kita kehilangan kasih sayang.


5. Dua Lautan yang Bertemu

Allah berfirman:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ * بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang kemudian bertemu; antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui.” (QS. ar-Rahmān: 19–20).

  • Laut pertama: ruh hidayah (al-Mahdī).

  • Laut kedua: ruh nafs (Isa).

  • Barzakh (pembatas): syariat, zikir, dan rahmat rahim cahaya.

Keduanya harus bertemu: ruh memberi arah, nafs memberi tenaga. Tanpa barzakh, keduanya bisa saling menenggelamkan.


6. Jalan Sholawat Nurul Muttashil

Dalam Sholawat Nurul Muttashil, sudah diletakkan doa-doa yang berwasilah kepada rahim cahaya Fāṭimah dan Maryam.

  • Fāṭimah menjaga ruh hidayah.

  • Maryam membimbing ruh nafs.

Keduanya melahirkan insan kamil: manusia yang ruhnya bercahaya dan nafsunya jinak, yang berjalan dalam keseimbangan antara akal, ruh, dan jasad.

👉 Di sinilah rahasia: nafsu tidak lagi liar, tidak lagi melawan, tetapi sempurna dalam ketundukan.
Ia menjadi nafs muthma’innah (jiwa yang tenang), karena telah dibimbing, diusap, dan dipimpin oleh ruh Ummi — rahim cahaya Fāṭimah az-Zahrāʼ.

Maka, sholatnya ʿĪsā di belakang al-Mahdī bukan hanya peristiwa akhir zaman, tetapi juga isyarat batin. Rasulullah ﷺ bersabda:

كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ فِيكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ فَأَمَّكُمْ مِنْكُمْ
“Bagaimana keadaan kalian jika Ibnu Maryam turun di tengah kalian, lalu ia sholat di belakang salah seorang dari kalian (al-Mahdī)?”
(HR. Muslim no. 155, Ahmad, Abu Dawud, dll).

Hadis ini menjadi simbol bahwa ruh nafs (ʿĪsā) akhirnya tunduk, ruku‘, dan sujud dalam saf ruh hidayah (al-Mahdī), di bawah pimpinan rahim cahaya.

7. Penutup: Kembali ke Dalam Dirimu

🌹 Jangan cari al-Mahdī di luar dirimu. Ia adalah ruh hidayah di dadamu.
🌹 Jangan tolak ʿĪsā al-Masīḥ dalam dirimu. Ia adalah ruh nafs yang butuh diselamatkan.
🌹 Al-Mahdī lahir dari rahim cahaya Fāṭimah. ʿĪsā lahir dari rahim cahaya Maryam.
🌹 Keduanya bukan untuk dipisahkan, tetapi untuk dipersatukan dalam asuhan kasih sayang rahim cahaya.

Ketika nafsu telah sempurna dengan mengikuti kehendak ruh Ummi, maka ia akan tunduk dalam barisan hidayah.
Inilah penyelamatan sejati: ruh dan nafs bersatu dalam cahaya, berjalan pulang menuju Allah Yang Maha Rahmān.

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *