Jangan Cari al-Mahdī di Luar Dirimu
1. Pendahuluan
Umat sering menunggu kehadiran sosok al-Mahdī dan Isa al-Masīḥ di akhir zaman sebagai penyelamat dunia. Tetapi para arif selalu mengingatkan: jangan hanya menunggu di luar, carilah mereka di dalam dirimu. Karena al-Qur’an dan hadits mengajarkan bahwa setiap manusia diberi ruh, nafs, dan hidayah yang harus ditumbuhkan agar menjadi insan kamil.
2. Al-Mahdī: Ruh yang Mendapat Hidayah
a. Makna
b. Hakikat
Al-Mahdī adalah putra cahaya dari rahim Fatimah, tanda bahwa ruh itu lahir dari kesucian, selalu terbimbing oleh Nur Ilahi. Ia membimbing akal dan jasad untuk senantiasa naik menuju Allah.
c. Analogi
Al-Mahdī bagaikan kompas cahaya dalam dada: meski kapal jasad dihantam gelombang, kompas itu selalu menunjuk jalan pulang. Ia tidak pernah salah arah, hanya kadang tertutup debu dosa yang harus dibersihkan dengan sholawat dan zikir.
3. Isa al-Masīḥ: Ruh Nafsu yang Butuh Diselamatkan
a. Makna Isa
Kata ʿĪsā berarti penyelamat. Dalam konteks ruhani, ia menunjuk pada nafsu: kekuatan hidup, hasrat, dorongan yang butuh diselamatkan dari kesesatan.
b. Makna al-Masīḥ
➡️ Nafsu adalah anak yatim tanpa bapak, lahir tanpa bimbingan akal. Karena itu ia perlu diusap, dibimbing, dibelai, bukan dimusuhi.
c. Analogi
4. Dua Rahim Cahaya: Fāṭimah dan Maryam
-
Rahim Cahaya Fāṭimah melahirkan al-Mahdī: ruh terbimbing, kompas hidayah yang menuntun kita kepada Allah.
-
Rahim Cahaya Maryam melahirkan Isa: ruh nafs yang butuh dibimbing dengan kelembutan agar menjadi suci.
Keduanya adalah jalan rahmat Allah. Tanpa Fāṭimah, ruh kita kehilangan bimbingan. Tanpa Maryam, nafs kita kehilangan kasih sayang.
5. Dua Lautan yang Bertemu
-
Laut pertama: ruh hidayah (al-Mahdī).
-
Laut kedua: ruh nafs (Isa).
-
Barzakh (pembatas): syariat, zikir, dan rahmat rahim cahaya.
Keduanya harus bertemu: ruh memberi arah, nafs memberi tenaga. Tanpa barzakh, keduanya bisa saling menenggelamkan.
6. Jalan Sholawat Nurul Muttashil
Dalam Sholawat Nurul Muttashil, sudah diletakkan doa-doa yang berwasilah kepada rahim cahaya Fāṭimah dan Maryam.
-
Fāṭimah menjaga ruh hidayah.
-
Maryam membimbing ruh nafs.
Keduanya melahirkan insan kamil: manusia yang ruhnya bercahaya dan nafsunya jinak, yang berjalan dalam keseimbangan antara akal, ruh, dan jasad.
Maka, sholatnya ʿĪsā di belakang al-Mahdī bukan hanya peristiwa akhir zaman, tetapi juga isyarat batin. Rasulullah ﷺ bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ فِيكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ فَأَمَّكُمْ مِنْكُمْ“Bagaimana keadaan kalian jika Ibnu Maryam turun di tengah kalian, lalu ia sholat di belakang salah seorang dari kalian (al-Mahdī)?”(HR. Muslim no. 155, Ahmad, Abu Dawud, dll).
Hadis ini menjadi simbol bahwa ruh nafs (ʿĪsā) akhirnya tunduk, ruku‘, dan sujud dalam saf ruh hidayah (al-Mahdī), di bawah pimpinan rahim cahaya.
7. Penutup: Kembali ke Dalam Dirimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar